Kesaksian ttg seorang Tionghoa di Lombok saat gempa Lombok 2018

Selamat Pagi Lombok...

Hari ini saya kembali "ditampar" oleh tetangga saya yang "Kafir Aseng" ini! 
Pak Riken, ya demikian ia dipanggil tetangga2 lain di seputar rumah saya. Beliau adalah pebisnis hasil bumi dan sembako yang cukup sukses, memulai karir dari nol dengan modal kepercayaan...

Tadinya saya pikir beliau akan meminta saya mengembalikan mobil pick up yang ia pinjamkan untuk kami mondar mandir mengangkut air bersih dari sumber air ke titik-titik pengungsian yang jauh itu... 
Saya mulanya khawatir memikirkan bagaimana lagi kami akan mendistribusikan air bersih ke lokasi-lokasi yang tak terjangkau "mobil besar" tangki-tangki air pemerintah (PMI)...

Alhamdulillah perkiraan saya salah total!!!
Bukannya meminta mobilnya dikembalikan, pak Riken bahkan menegaskan saya boleh pakai mobil itu hingga program saya selesai!!! Masyaallah!!! Dan beliau menawarkan saya untuk pakai mobilnya yang lain untuk tambahan alat angkut jika 1 mobil angkutan itu saja belum cukup!!! 

Dan saya hanya bisa berdecak kagum dalam hati saat dengan setengah berbisik beliau katakan, "pak Agus, kalau masih perlu pakaian, terpal dan selimut untuk korban gempa di pengungsian, saya ada stok di Surabaya untuk dikirim langsung ke lokasi yang bapak tunjuk...."

Ah Koh Riken! Betapa semakin malunya  saya! Disaat sebagian kalangan cuma bisa nyinyir dengan mulut dan wajah lebih mirip babi muntah, di gedung-gedung dewan bahkan di kantor partai dan ormas yang mengaku paling Islami, dengan entengnya berkomentar sok tahuang kondisi korban gempa yang mereka dapatkan dari situs abal-abal agen fitnah dan akun-akun sosmed palsu penyebar hoax! Seorang Tionghwa berhati emas seperti pak Riken dan kawan-kawannya datang pada saya dengan semangat cinta sesama anak bangsa!

Sekali lagi, takkan jemu saya mengucap Terimakasih Tionghwa Indonesia!!! Cinta anda sedang menampar wajah saya dengan kerasnya!!!

Lombok, 26 Agustus 2018
Lalu Agus Firad Wirawan

*Vonis Penistaan Agama Kontroversial Untuk Meiliana*

Vonis Penistaan Agama Kontroversial Untuk Meiliana Ini Nyaris Lenyap Ditelan Gegap Gempita Asian Games 2018.

336 /

Redaksi / Rabu, 22 Agustus 2018 / 19:39 WIB

Sebarkan:
Selasa 21 Agustus 2018 INDONESIA kembali mencatat sejarah kelam.
 Foto : Meiliana seorang Ibu Tiga Anak keturunan Tionghoa di Sumatra Utara divonis 18 bulan Penjara. 

MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | JAKARTA |  [ 22/08 ] - Untuk kesekian kalinya keadilan lagi-lagi harus kembali takluk dibawah tekanan massa dari kelompok radikal garis keras di Negeri yang mengaku sebagai "Negara Hukum" ini.

Pada hari itu Meiliana seorang Ibu Tiga Anak keturunan Tionghoa di Sumatra Utara divonis 18 bulan Penjara . Adapun asal muasal Musibah Beruntun ini  lantaran mengeluhkan volume pengeras suara Masjid yang dianggapnya terlalu keras.

Ia diseret ke Pengadilan dengan tuduhan penistaan Agama.
Meiliana menangis sesenggukan ketika Hakim Ketua Wahyu Prasetyo Wibowo yang selama persidangan berada dalam tekanan kelompok Islam garis keras Forum Umat Islam mengumumkan vonis hukuman terhadapnya.

Belum cukup sampai di situ Meiliana harus kembali dipermalukan.

Ibu Tiga Anak berusia 44 tahun itu dibawa dari Pengadilan dalam kondisi tangan diborgol layaknya penjahat kriminal.

Perkara ini berawal dari keluhan Meiliana terhadap volume pengeras suara Masjid yang dinilainya terlalu bising.
"Kak tolong bilang sama uwak itu kecilkan suara Masjid itu kak, sakit Kupingku, ribut" ujar Meiliana kepada Tetangganya seperti yang dibacakan dalam tuntutan Jaksa.

Setelahnya pengurus Masjid sempat mendatangi rumah Meiliana.
Namun tanpa diduga pertemuan tersebut malah membuat keadaan semakin meruncing.

Keluhan Meiliana ditanggapi dengan brutal oleh Masyarakat Muslim setempat dengan membakar Vihara umat Buddha disana.

Massa membakar dan merusak sedikitnya 14 Kuil Buddha dikota Pelabuhan Tanjung Balai di Sumatra Utara dalam kerusuhan Juli 2016 itu setelah munculnya berita provokasi mengenai keluhan Meiliana tersebut.

MUI Sumatera Utara bahkan langsung menerbitkan fatwa penistaan Agama kepada Meiliana.

Ia dituduh telah melakukan penistaan terhadap Adzan yang merupakan bagian dari syariat Islam Agama sempurna.

Meiliana akhirnya didakwa 18 bulan Penjara dan mendekam di Rutan Tanjung Gusta sejak Mei lalu.

Sejak awal persidangannya kasus ini sudah dibebani oleh tekanan Massa dari kelompok Islam garis keras terhadap Pengadilan yang menuntut Meiliana divonis bersalah.

Sementara para pelaku kerusuhan yang membakar dan 14 Vihara hanya mendapat hukuman ringan selama 1 bulan 15 hari potong masa tahanan oleh PN Tanjung Balai.

Seluruh pelaku kerusuhan bahkan langsung bebas ketika vonis diketok.

Tidak satupun pelaku kerusuhan yang dituntut dengan pasal penistaan Agama.
Meski nyata-nyata telah merusak belasan tempat ibadah Umat Buddha.

Pengacara Meiliana menyatakan akan mengajukan banding terhadap vonis Hakim yang dinilai sangat jauh dari rasa keadilan tersebut.

Sementara itu kelompok radikal garis keras dari Forum Umat Islam justru menilai hukuman terhadap Meiliana terlalu ringan.

Vonis kontroversial terhadap Meiliana ini nyaris lenyap ditelan gegap gempita Asian Games 2018.
Hanya beberapa Media mainstream yang memilih untuk memberitakannya.

Sumber : (VOA Indonesia)

*Mayoritas & Minoritas, Konsep Yang Menjijikkan di Negeri Ini*

*Mayoritas & Minoritas, Konsep Yang Menjijikkan di Negeri Ini*

Penulis Denny Siregar Diterbitkan Kamis, Agustus 23, 2018
 
Minoritas
Dokter Otto

"Bang, kenapa minoritas di negeri ini masih ditekan?"

Aku menoleh kepada seseorang yang bertanya. Heran. "Minoritas? Siapa yang dimaksud minoritas?" Tanyaku. Dia kaget dengan pertanyaanku. "Ya kami inilah. Ras Tionghoa. Yang beragama Kristen dan sebagian Budha.." Jawabnya.

Ahh, minoritas mayoritas. Entah kenapa manusia tanpa sadar sudah mengkotakkan dirinya melalui ras dan agama. Yang merasa kuat melakukan propaganda, "Kami mayoritas!". Dan yang merasa lemah termakan propaganda, "Memang kami minoritas..".

Padahal hukum kita tidak membedakan warga negara berdasarkan apa agama dan rasnya. Tetapi ada manusia yang merasa menang karena jumlahnya banyak, dan ada manusia yang sudah kalah sejak dalam pikiran. Mereka inilah yang terkontaminasi konsep mayor dan minor. Onani dengan pikirannya sendiri..

Jika yang disebut mayoritas itu adalah muslim, tentu yang harus mengaku bahwa mereka mayoritas itu adalah Nahdlatul Ulama.

Kenapa ? Karena jumlah komunitas mereka saja diperkirakan 80 juta dari 260 juta warga Indonesia. Tapi apakah mereka pernah berkata, kamilah mayoritas? Tidak pernah. Bahkan Gus Yaqut, ketua GP Ansor yang mewakili pemuda NU, selalu mengumandangkan tagar #Kitainisama.

Lalu siapa yang sibuk berkumandang "Kami muslim, kami mayoritas.."? Lha, ya gerombolan kecil para pemabuk agama yang selalu sibuk mengkafir2kan itu. Anehnya, banyak yang percaya propaganda mereka, terutama non muslim yang lemah dan selalu menganggap bahwa, "Iya, kami ini minoritas.."

Kelompok kecil bergamis yang jumlahnya gak ada puluhan ribu, supaya mereka terlihat besar memang selalu berkoar, "Kami mayoritas !". Padahal oleh mayoritas muslim di Indonesia, mereka cuman diketawain aja. "Elu sendiri minoritas dikalangan muslim, eh sok teriak mayoritas segala.."

"Terus gimana dong nasib Meiliana yang divonis penjara 18 bulan, hanya karena menegur kerasnya Azan. Itu kan karena dia minoritas ??" Sanggah orang tadi..

Ah, minoritas lagi. Entah kenapa lagu "minoritas" ini seperti lagu Rinto Harahap, yang nuansanya selalu sedih dan liriknya bikin mata bengap. Kadang saya heran, kenapa sih kok nyaman bersembunyi dalam konsep bahwa, "Aku minoritas, dia mayoritas.."

Seorang teman bernama Dr. Otto Radjasa, adalah korban permasalahan di pengadilan, sebelum kasus Ahok bergema. Dia dihukum 2 tahun penjara di Balikpapan karena mengungkapkan kekritisan pikirannya lewat media sosial. Dia didemo dan akhirnya jadi terdakwa.

Padahal dia seorang muslim sejati. Rasnya pun bukan Tionghoa. Tapi dia dihukum karena "menghina agama" dimana yang dikritisi adalah agamanya sendiri..

Apakah ini berarti masalah mayoritas minoritas ??

Bukan. Ini masalah subjektifitas di pengadilan yang rentan terhadap tekanan dari gerombolan yang merasa berkuasa. Mungkin saja pengadilan itu terkontaminasi virus mabuk agama. Tapi itulah masalah besar kita. Sekian tahun kelompok radikal ini menyebar dan dibiarkan, bukan tidak mungkin infiltrasi mereka sudah masuk ke pengadilan.

Karena itulah kita berjuang supaya mereka tidak makin besar di negeri ini. Dengan melakukan tekanan dan gerakan sosial, baik melalui media maupun melalui media sosial. Kita lawan pikiran-pikiran ini dengan pikiran juga. Kita hancurkan konsep mereka bahwa mereka mayoritas di negeri ini.

Butuh perjuangan panjang memang. Dan juga pasti ada korban seperti yang dialami Dr. Otto, Meiliana dan tentunya Ahok yang dituding penista agama. Tapi mereka adalah martir yang membuka tabir bahwa "ada masalah" didalam sistem pengadilan kita. Situasi yang harus dibenahi oleh internal pengadilan itu sendiri..

Tapi bagaimana bisa berjuang, jika terus merengek, "Kami minoritas.." ?

Kekalahan utama dari orang waras di negeri ini, adalah karena banyak dari kita sudah kalah sejak dalam pikiran. Dan kelemahan itu dimanfaatkan oleh kelompok "tukang stempel kafir" itu untuk terus menekan. Karena dengan menekan itulah mereka tumbuh besar..

Belajarlah dari sesendok gula. Ia tidak disebut dalam kenikmatan secangkir kopi. Tapi ia tidak pernah merengek bahwa, "Kami minoritas. Kami minta diakui..".

Sesendok gula adalah penyeimbang dari pahitnya situasi dan memberikan kenikmatan dalam mencecap sehingga satu cangkirpun tidak cukup, harus tambah lagi...

"Bu, kopinya lagii..." Teriakku kesal.

"Yang kemarin hutangnya sudah dibayar ?" Terdengar suara menyeramkan dari balik dinding dapur yang akhirnya muncul dengan segagang sapu tanda bahwa aku harus segera menyingkir sebelum teriak-teriak dizolimi..

Seruputtt.

Vonis Penistaan Agama Kontroversial Untuk Meiliana Ini Nyaris Lenyap

*Vonis Penistaan Agama Kontroversial Untuk Meiliana Ini Nyaris Lenyap Ditelan Gegap Gempita Asian Games 2018. :*
》》
》》

_*Selasa 21 Agustus 2018 INDONESIA kembali mencatat sejarah kelam*_

*MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | JAKARTA , [ 22/08 ]*  - Untuk kesekian kalinya keadilan lagi-lagi harus kembali takluk dibawah tekanan massa dari kelompok radikal garis keras di Negeri yang mengaku sebagai "Negara Hukum" ini._

_Pada hari itu Meiliana seorang Ibu Tiga Anak keturunan Tionghoa di Sumatra Utara divonis 18 bulan Penjara . Adapun asal muasal Musibah ini  lantaran mengeluhkan volume pengeras suara Masjid yang dianggapnya terlalu keras._

*Ia diseret ke Pengadilan dengan tuduhan penistaan Agama.*

_Meiliana menangis sesenggukan ketika Hakim Ketua Wahyu Prasetyo Wibowo yang selama persidangan berada dalam tekanan kelompok,,,,,,,,,,,,,*

*Klik disini untuk melihat informasinya*

Yenny Wahid, Pejuang Prulalisme sejati

Acara Mata Najwa malam ini adalah acara yang dikuasai oleh Yenny Wahid. Orang ini benar-benar objektif, membawa nama besar NU dengan baik.

Ia menjaga marwah NU dengan luar biasa. Ia netral. Tapi sesekalinya ketika PKS dan Demokrat ramai-ramai membual tidak ingin menggunakan isu SARA, Yenny Wahid muncul dan mendadak berang! Apa yang ia katakan?


 
Ia menghardik PKS dan Demokrat! Ia menyebut bahwa "PKS YANG MEMULAI ISU SARA, YA SEKARANG TANGGUNG JAWAB!"

Kader PKS mendadak ciut, sunyi dan bungkam. Demokrat pun tidak bisa berbuat banyak untuk menolong kader PKS yang terkapar dibogem oleh Yenny Wahid. Mari kita tunggu bagaimana respons PKS. Apakah mereka mulai menyasar Yenny Wahid?

Jawaban itu sontak menjadi jawaban yang membuat Ferdinand Hutahaean kader Demokrat dan kader PKS yang penulis tidak tahu namanya dan tidak perduli juga, ternganga. PKS dan Demokrat ternganga, terkaget-kaget melihat jawaban dari kader NU yang tulen itu.

Teriakan Yenny Wahid adalah teriakan dari mayoritas warga. Najwa Shihab pun terlihat begitu kaget dan tidak menduga apa yang diucapkan Yenny Wahid itu membangkitkan semangat dan amarah warga yang selama ini terpendam dan tidak berani diucapkan.

Yenny Wahid adalah woman of the match dari acara Mata Najwa. Bukan Demokrat, bukan Ferdinand. Bukan PKS, bukan saudaranya Mardani itu. Bukan Gus Rommy dalam kapasitasnya sebagai ketua umum PPP. Yenny Wahid membawa nama ayahnya, Gus Dur alias KH Abdurrahman Wahid.

Yenny Wahid hidup di dalam pendidikan keluarga Gus Dur yang begitu Islami, sekaligus begitu plural. Hanya mereka yang kadar keimanan dan keagamaanya tinggi, bisa menjadi orang yang menjunjung tinggi Pluralisme. Maka benarlah yang dikatakan oleh seorang ulama, bahwa pluralisme adalah bentuk religiositas tertinggi dalam kehidupan beragama.

Menjaga pluralisme adalah sebuah ibadah. Keberagaman di dalam Indonesia itu begitu banyak. Bahkan di dalam satu agama pun memiliki banyak aliran. Isu SARA adalah isu yang mudah sekali digoreng. Maka untuk kesatuan bangsa dan negara, perpecahan itu harus dihindarkan Isu SARA harus dihindarkan.

Bahkan hal ini menjadi sebuah ancaman bagi warga Jakarta. Kita tahu bahwa di Jakarta, sempat terjadi penggorengan isu SARA. Jakarta sempat begitu kelam. Jakarta sempat menjadi kota yang paling intoleran pada pilkada lalu. Ini menjadi sebuah bagian yang paling menjijikkan di dalam sejarah pemilu di Indonesia.

Indonesia begitu suram karena pendukung Anies yang diusung PKS dan Gerindra, menggunakan isu SARA. Bahkan mayat dan ayat pun dipakai untuk mengancam para pemilih Ahok.

Bayangkan lagi, seorang Haji Djarot Saiful Hidayat, seorang muslim taat, bisa-bisanya diusir oleh pendukung Anies dari masjid. Ini menggelikan.

Dari kasus permainan isu SARA inilah, teriakan Yenny Wahid membuncah, membakar dan menyemangati para penonton di studio Mata Najwa. Yenny Wahid dengan berani mengatakan bahwa PKS yang memulai isu SARA. Mereka harus tanggung jawab.


 
Tidak ada yang perlu ditoleransi atas aksi intoleransi ini!

Kita tidak boleh menjadi orang yang toleran dengan aksi intoleransi. Jika kita toleran terhadap aksi intoleransi, maka kita harus sadar bahwa ada hal-hal yang tidak bisa kita kompromikan.

Yenny Wahid membukakan fakta bahwa PKS adalah pemain itu SARA. Ini jelas dan tidak perlu ditafsir jauh. Anak dari seorang Gus Dur yang begitu toleran, sama sekali intoleran terhadap aksi intoleransi. Maka mau katakan Yenny Wahid adalah orang yang intoleran? Silakan.

Penulis setuju dengan pendirian Yenny Wahid yang memilih untuk berseberangan dengan PKS. Yenny intoleran terhadap penggunaan isu SARA yang digunakan PKS.

Akan tetapi PKS dan Gerindra masih saja berkelit. Bahkan mereka mengatakan bahwa hal itu adalah "takdir" . Takdir palelu peang!

Itu bukan takdir! Itu tragedi! Penggunaan isu SARA masih terasa dampaknya sampai sekarang. Yenny Wahid akhirnya memberanikan diri untuk menjadi sosok yang meneriakkan dan menegur keras, sampai harus menghardik PKS.

Kader PKS hanya diam saja dan ternganga. Dia tidak bisa membantah. Karena memang apa yang Yenny Wahid katakan itu benar.

Jakarta sempat menjadi tempat terjadinya tragedi penggunaan isu SARA. Kalau bicara komitmen, jangan bicara dulu. Buktikan dahulu.

Bukankah Sandiaga Uno masih menebeng isu SARA? Ada surat kabar Riau yang mengatakan Sandiaga itu putra Riau.

Ada juga yang sebut Sandiaga putra Gorontalo. Ada lagi yang sebut Sandiaga berdarah Bugis. Woi. 1 Triliun pun tidak bisa membeli tempat asal.

Masih mau bicara tidak main isu SARA? Penulis ada di sisi Yenny Wahid dan Joko Widodo.

Begitulah sara-sara.

Untuk artikel tampan lainnya, bisa dilihat di sini: https://seword.com/author/mawengkang

Tidak Semua Etnis Tionghoa pengusaha

Artikel di bawah ini ditulis oleh *seorang Cina* dari Padang dan kebetulan ada list No.1. Konglomerat itu adalah Cina Padang dengan status *Ketua Dewan Penasehat Wapres RI, pak JK,.*
menarik tulisannya... Silahkan lanjutkan membacanya..

Indonesia Memang Dikuasai Cina...... Tapi CINA ORDE BARU..!

Tidak semua etnis Cina itu hrs Ikut bertanggung jawab pada penguasaan Ekonomi Indonesia...!

Oleh: Teddy Setiawan *)

JAKARTA 3 Juli 2017 - Ini copas dari grup sebrang,. bukan hoax dan bukan mau rasis lho,. tapi ini kenyataan yang orang harus tau bahwa Jokowi lah yang justru mau memperbaiki kondisi negeri ini, bukan sebaliknya.....

Saat ini ada orang menuding bahwa di bawah Pemerintahan Jokowi Indonesia telah dikuasai orang-orang Cina. Ngeriiiiii... apalagi kalau yang mendengar itu tidak ngerti sejarah yg benar dan apalagi kalo dia malas membaca.

Secara statistik benar bahwa ada beberapa orang keturunan Cina/Tionghoa yang menguasai ekonomi Indonesia. 

Pertanyaannya Siapa-siapa mereka dan sejak kapan mereka menguasai Indonesia.?!

Yuk kita lihat siapa² saja pengusaha keturunan Cina yang saat ini kata-nya menguasai ekonomi Indonesia....

1. Sofyan Wanandi (Liem Bian Koen).
2. Sudono Salim (Liem Sio Liong) Almarhum.
3. Anthony Salim (Liem Hong Sien).
4. Eka Tjipta Widjaja (Oei Ek Tjhong).
5. Robert Budi Hartono (Oei Hwie Tjhong).
6. Susilo Wonowidjojo (Cai Dao Ping).
7. Rachman Halim (Tjoa To Ning).
8. Michael Bambang. Hartono (Oei Wie Gwan).
9. Mochtar Riady (Li Moe Tie).
10. Murdaya Poo (Poo Tjie Gwan).
11. Tommy Winata (Oe Suat Hong).
12. Ciputra (Tjie Tjien Hoan).
13. James Riady (Li Bai La).
14. Edward Soeryadjaya (Tjia Han Pun).
15. Liem Yu Chan, (Muslim Yudha Chaniago).

Itu nama-nama sebagian konglomerat keturunan Tionghoa. Usia mereka saat ini antara 60 - 80 tahun.

Para konglomerat ini adalah konglomerat yang dibesarkan oleh Orde Baru dan sampai hari ini mereka tetap menjadi konglomerat.

Dulu di zaman Orde Baru mereka dikenal sebagai Konglomerat Cendana atau istilah lainnya Konglomerat Jimbaran. 

Konglomerat² ini juga yang secara rutin nyetor ke belasan yayasan milik keluarga Cendana (Soeharto).--

Sekarang ini kira-kira siapa lingkar keluarga Cendana yang masih berpolitik.?! Hayoooo.. Tau gaaak.?! Kita sebut saja sedikit yaaa..... Pertama, Titiek (Anak Soeharto). Kedua, Tommy (Anak Soeharto sempat ditahan karena kss pembunuhan hakim). Ketiga ada namanya Prabowo Subianto..... Prabowo ini mantan suami dari Titiek alias menantu Soeharto. Sebelum reformasi konon Prabowo ini lah yang berada di balik penculikan² aktivis yang anti Soeharto (Datanya ada di Komnas HAM).

Bisnis² para Konglomerat yang lahir dari rahim Orde Baru itu sekarang ini rata² sudah dikelola oleh Generasi kedua (anak, menantu, orang² kepercayaan) dan generasi ketiga (cucu- cucu-nya).  Selain regenerasi juga penyamaran buat mengamankan harta jarahan sekaligus money laundering.....

Jadi jelas muter-muter di situ² saja 'kan,.?!

Sekarang kisah itu lagi digoreng-goreng jadi dongeng baru.... Konglomerat² itu seolah olah Jokowi lah yang membesarkannya. Lucu ya, Jokowi baru jadi Presiden RI pada 2014, sementara kita tahu konglemerat² itu sudah kaya raya dari tahun 70-an, 80-an dan awal 90-an. Sejatinya para konglomerat itu semua lahir, besar, diproteksi dan menjadi gurita sejak jaman Orde Baru.

Kan skarang sudah zaman Reformasi tetapi mengapa mereka itu tetap menguasai Ekonomi Indonesia.?! Ekonomi dan Politik itu satu keping mata uang dengan Dua Wajah.... Artinya Mereka tetap menguasai ekonomi karena bisnisnya tetap dilindungi dan dibackingi oleh politisi2 busuk Orde Baru.

Bahasa sederhananya antara Konglomerat2 Orde Baru dan Politisi2 Busuk Orde Baru SALING MELINDUNGI & MEMBUTUHKAN.

Jadi kalo sang konglomerat-nya ada masalah maka politisi² Orde Baru yang akan melakukan lobi².... Sebaliknya bila politisi-nya butuh dana berpolitik apakah untuk Pilkada atau Pilpres,  ya gantian lah para konglomerat itu yang membiayai.

Jelas gak.?! Gitu lho Cerita nya... Jadi jangan ASAL Sok tahu bilang "Cina.... Cina.... Ganyang Cina" karena tidak semua etnis Cina itu Ikut bertanggung jawab pada penguasaan Ekonomi Indonesia. Etnis Cina yang miskin, gembel, hidup ngutang sana-sini, jadi kolektor kredit , jaga warung dan jualan pulsa, dll.... juga jumlahnya jutaan.

Yang harus bertanggung jawab ya jelas Orde Baru. Etnis Cina itu dulunya cuma alat bisnis... Bisa dikatakan bahwa Orde Baru adalah penguasa dan konglomerat Cina di atas itu yang dikasih hak utk mengelola kekayaan yang ada di Indonesia.

Siapa yang ngasih hak itu.?! Ya Orde Baru..!! Siapa yang Salah? Jelas Orde Baru...!! Orde Baru lah yang mengambil tanah pribumi dan diserahkan pada etnis Cina konglomerat untuk dijadikan Kebun Sawit, Tambang, Tambak, dll.

Kalo Ahok Bagaimana.?! Nah,.. Ahok ini lah yang dipakai Jokowi untuk "ngatur" para Konglomerat Cina itu yg rata-rata berdomisili di luar negeri dan punya kantor pusat di Jakarta agar konglomerat itu gak bisa terlalu serakah. 

Lalu kenapa Ahok  yang dipakai Jokowi.?! Sudah hukumnya kata orang, kalau ada masalah dengan orang Batak ya pakai orang Batak juga untuk bicara.... Kalo ada masalah dengan orang Jawa ya dekati dengan sesama Jawa. Pendekatan etnis seringkali bisa lebih efektif. Itu bisa dibuktikan oleh Ahok yang sukses memangkas keuntungan para Konglomerat, yg kini berdampak menyusutnya upeti² ke oknum² Pejabat-nya.

Berikutnya wajar saja bila para politisi Orde Baru pada kesal kepada Ahok, karena upeti jadi jauh berkurang akibat "dipalak" Ahok 15% untuk bangun rusun, RPTRA,  jalan layang, dll.--

Seterusnya kita tahu dong ceritanya bagaimana..... Politisi-politisi Orde Baru itu ngeroyok Ahok dengan segala cara agar kalah di Pilkada dan masuk penjara.

Tulisan ini bukan HOAX dan tidak bermaksud rasis, tapi upaya untuk meluruskan sejarah dan dibangun di atas data dan fakta yg objektif..... 

Kalo ada diskusi atau lesan berantai yang bilang bahwa etnis Cina atau Tionghoa menguasai ekonomi Indonesia maka acung-kan tangan saat diskusi lalu tanyalah,.. "Para konglomerat etnis Cina itu lahir dan besar di zaman siapa.?!" Orde Baru atau Jokowi.?!

Kalo ada pesan berantai via Sosmed.?! Gampang,. copas saja tulisan ini lalu kirim balik ke yang ngirim pesan berantai itu.

Dengan ikut  dan mau menyebarkan tulisan ini kita sudah ikut berjuang untuk meluruskan sejarah agar tidak dimanipulasi dan dibengkok-bengkokan, serta peduli akan nasib bangsa dan negeri kita tercinta ini. 

Selamat berjuang meluruskan sejarah dan memeringati 19 tahun Reformasi yang selama ini stagnan - berjalan di tempat dan di era JOKOWI lah baru ada perubahan.⁠⁠⁠⁠ ***
==========

*) Teddy Setiawan -- Aktivis Eksponen Angkatan '66 KAPPI yang juga keturunan Tionghoa, kelahiran Padang,  Sumatera Barat.--

*Jokowi* di mata orang RRChina

*Jokowi* di mata orang RRChina
Tulisan Melina Meliala 

Sabtu kmarin aku ikut seminar ttg "Saham & Securitas" di Hotel Primiere Pekanbaru yg dibawakan oleh seorang China dari Alibaba Corporation. Waktu istirahat dia bilang bahwa *mungkin manusia yang paling bahagia itu presiden kamu..*

Saya terkejut.. bagaimana dia bisa? Menurutnya dia sering memantau postingan orang di sosmed tentang *Jokowi* dan anehnya begitu buruknya hujatan terhadap *Jokowi* tapi tidak pernah ditanggapi serius oleh *Jokowi*

_Kalau itu terjadi di Tiongkok, orang itu sudah mati didepan regu tembak ! Ini bukan karena presiden Tiongkok tidak suka di kritik dan di hujat tapi integritas dan reputasinya harus di jaga._

_*Mencintai presiden*  *adalah bagian dari mencintai negara.* Kita tidak bisa membiarkan sebagian orang seenaknya menghujat presiden_ _hanya karena dia tidak sependapat dengan pemerintah_

Kalau itu dibiarkan maka kehormatan bangsa akan hancur, dan dampaknya kalau terus dibiarkan akan lahir generasi pembenci

_Kamu tahu , katanya lagi.. bahwa orang yang suka meletupkan kebenciannya dengan kata-kata dan berdrama seakan dia terzolimi maka itu tandanya *orang itu* tidak bahagia.._

Lebih jauh lagi dia menganggap dirinya sempurna dan orang lain banyak cacatnya. 
Makanya ketika orang lain unggul diatasnya , dia akan marah, 
_Sebetulnya dia marah bukan kepada orang lain tapi kepada dirinya sendiri *karena dia tidak mampu seperti orang lain..*_

_Sifat rasis, merasa paling suci, paling benar, adalah sifat orang yang tidak akan pernah bisa bahagia_ Kalaupun mereka datang ketempat ibadah mendengar khotbah, *itu tidak mengurangi rasa tidak bahagianya* _Walaupun mereka selalu bicara spiritual, itupun tidak akan mengurangi rasa tidak bahagianya._

Makanya, kamu tahu, kata teman saya, _bahasa Tionghoa menyebut *bahagia itu adalah Kai Xin*_. Itu terdiri dari dua kata, yaitu Kai dan Xin. *_Arti Kai adalah buka, Xin artinya hati_* Kalau digabungkan menjadi *_" Buka hati "_. _*Artinya orang yang terbuka hatinya_*, _hidupnya akan lapang. Dihujat, difitnah, atau apalah dia tetap tidak tepengaruh._

*Hatinya terbuka* untuk berdamai dengan kenyataan dan semakin mendekat kepada Tuhan, Itulah orang bahagia.. *itulah Presiden kamu*
Dan yang membuat saya terharu, *dengan lemah lembut dia ingatkan kepada rakyatnya agar jangan mencela, karena itu tidak baik.*

_Itulah dia, karena dia tahu bahwa walau rakyatnya beragama tapi hati mereka tertutup , dan dia ingin rakyatnya berubah, bukan mengubah syariat agama *tapi mengubah mental.., mental orang bahagia*_
🇮🇩 👍👍🏼👍🏽👍🏾 🇮🇩

Memilih Jokowi. ( Revolusi mental ).

Memilih Jokowi.
( Revolusi mental ).

" Selalu larut kau pulang , Yung. " Kata mandeh ketika membukakan pintu untuk putra tertuanya. " Mandeh tak tahu apa yang kau kerjakan di Surau sampai selarut ini. Lihatlah badan kau sudah kurus. Mata cekung. Nanti sakit kau. Siapa yang repot? " sambung mandeh dengan celotehnya seraya masuk kekamar. 
" Tenang sajalah Mandeh. Aku sedang berjuang mencerahkan masyarakat kampung agar mereka tidak salah pilih dalam pemilu nanti."
" Apa hubungannya dengan kau ? Mandeh menengok kebelakang kearah anaknya yang duduk di kursi meja makan. 
"Aku dapat tugas dari jakarta , mandeh. Ini tugas maha penting untuk kemaslahatan umat. "
" Tak paham aku. Dan lagi sejak setahun lalu kau tidak lagi kembali ke Jakarta. Tak elok anak bujang tinggal dikampung tanpa penghasilan. Untuk beli rokok saja kau tergantung dari adikmu yang supir prah. "
" Mandeh berdoa sajalah. Setelah pemilu semua akan lebih baik nasip kita.  Kezoliman harus dihentikan. Dan itu hanya lewat pemilu. "
" Tak paham aku. "

Mandeh masuk kamar. Buyung terhenyak di ruang tengah sambil menghisap rokok dalam dalam. Pikirannya jauh entah kemana. 

Keesokan paginya setelah pulang dari Surau untuk sholat subuh, diteras rumahnya sudah ada paman datuk. 
" Paman " kata Buyung seraya menudukkan tubuh seraya menyalami pamannya. " Duduklah Yung. Paman mau bicara" Kata pamannya. Mandeh, segera berdiri masuk kedalam rumah. Buyung mengambil tempat duduk berhadapan dengan pamannya. Pamannya belumlah terlalu tua. Ia adik ibunya.Namun sebagai pedagang dia memang tergolong terhormat di kampung. Bukan karena hartanya tetapi karena gemar berbagi kepada siapapun. Termasuk menjaga ponakan, andai tolan.
" Paman dapat cerita dari Mandeh kau. " kata paman seraya menatap matanya dengan tajam. ' Ada apa sebenarnya yang terjadi dengan kau? 

Buyung hanya diam. 

" Bicaralah Yung. Paman ini pengganti Ayahmu. Setelah kalian Yatim, paman yang menanggung biaya kalian. Termasuk biaya kuliah kau di Jakarta. Tadinya paman senang ketika dapat kabar kau sudah bekerja di Bank tetapi sekarang paman baru tahu kau berhenti kerja. Sudah setahun dikampung kau semakin tidak jelas hidupmu. Ada apa ?"

Buyung tetap diam. 

Pamannya terus menghisap rokok sambil menatap kearah jalan raya. Sekali kali dia mengangguk ketika orang menyapanya. 

" Paman" Kata buyung dengan santun. " Boleh kita diskusi ? Maaf kalau kamanakanda lancang. "
" Bicarahlah. Kau bukan lagi anak anak, Apalagi kau sudah sarjana. "
" Aku harus berjuang agar pemilu nanti bisa menjatuhkan rezim yang berkuasa. Target kami adalah mengganti sistem yang ada. Sistem yang ada sekarang ini tidak diridhoi Allah. Karena Pancasila itu tidak sesuai dengan syariah islam."
" Jadi rencana kau dan teman temanmu mau mengganti Pancasila? 
" Ya Paman."
" Coba sebutkan dengan bahasa sederhana Syariah yang kau maksud. Kalau kau bisa yakinkan paman orang kampung ini maka tentu bisa meyakinkan orang lain yang lebih pintar. "
" Begini paman. Negeri ini tidak akan mendapatkan rahmat Allah kalau tidak didirikan atas Tauhid, " katanya 
"Ya, kamu benar. Itulah Ketuhanan Yang Maha Esa. " 
"Tapi pamah juga harus paham landasan Tuhan harus teraktual kan dalam bentuk Kemanusiaan. Jadi agama dalam perbuatan akhlak mulia." Kata Buyung lagi dengan tangkas
" Benar, Anakku.! Itulah Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. " kata pamannya.
" Tapi ada lagi .."
" apa , sebutkan ! "
" itu harus memastikan rasa aman dan damai bagi berbagai kaum dan kelompok yang berbeda. Karena Islam itu rahmatanlilamin yang menjamin mereka yang berbeda dapat bersatu tanpa berseteru."
" Benar , Anakku. Itulah Persatuan Indonesia.
" Tapi ada lagi bahwa kepemimpinan atas dasar kerakyatan dan dilaksanakan atas dasar musyawarah bagi mereka yang hikmat dan bijaksana. " katanya dengan retorika utopia.
" oh itu kan Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Ya kan " kata Paman.
" Tapi .."
" apalagi .."
" Tujuan akhirnya adalah keadilan sosial. Itu tujuan dari berdirinya negara. Adil itu dekat kepada Takwa.
" Ya Anaku. Itu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoensia"
" Paman.." Buyung berusaha menjelaskan lebih jauh.
" Benar.. Kamu hebat bisa paham syariah bahwa itu adalah pancasila itu sendiri. Ada lagi.?
" Ya.. Paman..Tetapi sistem yang ada sekarang banyak orang korupsi" 
" Kalau orang islam korupsi, mencuri apakah itu sama dengan agama  islam yang salah ? engga kan. Yang salah itu manusianya. Begitu juga dengan pancasila. Kalau ada yang korup, itu bukan pancasila yang salah tetapi orangnya salah.  Hati hati kau menilai dan menghakimi sesuatu bila pengetahuan kau tidak cukup. Nanti kau nampak bodoh dihadapan orang lain." 
Pamanya menatap mata buyung denga keras." ada lagi yang mau dibahas , Yung ?

" Tetapi rezim sekarang sudah menyimpang dari keadilan sosial. Kemiskinan terus bertambah. Harga semua naik. BUMN dijual ke asing. Dan semakin jauh dari ulama. Kita harus berjuang akan ini bisa dihentikan."

" Yung. Paman ini hidup dari sejak presiden pertama sampai kini presiden ke tujuh. Baru kini kegiatan ekonomi didesa begitu bergairah. Jalan begitu bagusnya. Mudah kita membawa hasi tani ke kota. Irigasi terbangun meluas . KIta dapat produksi padi lebih mudah. Butuh modal  juga mudah dan murah daripada pinjam ke rentenir. BPR tumbuh pesat. Kini sudah ada pula bank wakaf. Kalau sekarang orang miskin maka itu yang salah dirinya sendiri karena  dia malas seperti kau ini. Tetapi kalau dia terus bekerja keras , hanya masalah waktu dia akan makmur. Karena semua untuk itu kini tersedia. Yang penting  sabar dan terus kerja keras.."
" Tetapi harga semua naik "
" Kenapa pula kau pusing kan soal harga naik. Dari dulu harga terus naik. Kau harus pikirkan bagaimana penghasilan bisa meningkat agar mampu  membeli berapapun harga dipasar. Kau sarjana. Cerahkan rakyat kampung agar mereka bisa meningkatkan penghasilannya. Bukan memprovokasi mereka membenci kepada pemerintah dan memberikan angin sorga agar memilih jagoan kau. Itu racun anakku. "
" Paman, bukan itu saja. Saat sekarang negara kita tergadaikan dengan asing karena hutang. BUMN terpaksa dijual. Aku tahu betul itu, paman. KIta harus selamatkan bangsa ini"
" Kalau kau maksud Jokowi itu biang masalah sehingga membuat negeri ini tergadaikan. Paman jadi bertanya dengan kau. Jokowi itu hanya menang tipis dengan Prabowo. Partainya pun bukan mayoritas di DPR. Manapula kekuatan seperti ini bisa menjual negeri kini kepada asing. Belum dia jual sudah jatuh dia oleh kekuatan DPR. Entahlah Yung, paman ini orang kampung tetapi tidak terlalu bodoh untuk memahami aturan main negeri ini.  Tak elok orang terpelajar seperti kau ini sibuk mencari cari kesalahan pemerintah sementara kau sendiri untuk beli rokok uang dari adikmu."
"Paman saya tahu betul soal jokowi itu. Dia penipu. Pembohong. Munafik"
" Yung, kau orang minang. Harus berakal. Harus bedakan mendengar dari orang tentang Jokowi dengan mengenal seorang Jokowi. Kau tidak mengenal Jokowi. Siapa kau sehingga sangat yakin tahu segala galanya tentang Jokowi? Sehingga merasa benar mengadili Jokowi dengan prasangka burukmu. Sikap kau itu akan menjauhkan rezeki dan mengeraskan hatimu. Mungkin Jokowi sudah memaafkan mu tetapi sebaiknya kau mulai membersihkan hati agar hidup kau tenang dan focus mengubah hidupmu lebih baik."
" Pilihan saya bukan Jokowi  , Paman datuk"
" Itu hak kau. Bukan urusan paman."
" terimakasih paman udah mengerti sikapku."
" Aku tidak mengerti Yung. Karena sampai kini paman tidak pernah mendengar  siapa yang menentang JOkowi menyampaikan gagasan yang lebih baik dari Jokowi. Mereka hanya bisa menebar kebohongan untuk mengundang kebencian orang lain terhadap Jokowi. Sementara Jokowi tidak pernah menyalahkan mereka. Dan tidak membalas hujatan mereka. "
" Baiklah paman. Boleh tahu mengapa paman memilih Jokowi ?
" Karena dia paling banyak di fitnah dan di hujat. Agama mengajarkan kita, kalau ingin memilih pemimpin maka pilihlah yang paling banyak di fitnah dan dia sendiri tidak pernah membalas fitnah itu. Dia sabar dan tersenyum menyikapinya. Itu artinya dia orang baik. Itu sifat penerus nabi. Paham kau. "
"Paham paman."
"Paman hanya ingin kamu kembali kedunia nyata. Tak elok menggantang asap dan melukis diawang awang,  sementara hidup kau tak berubah menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Malulah sebagai putra minang. Jangan rusak tradisi keluarga kita.

Hope?

Hope?

Mungkin kamu bahagia waktu kepemimpinan DKI berganti. Jakarta akan lebih tertata bersih indah islami. Gubernurnya seiman membanggakan. Transparansi anggaran dan pembangunan meningkat. Warga lebih mendapat pelayanan maksimal dari aparat. Akhlak sang pemimpin menjadi cermin, teladan mulia bagi siapa saja.

Waktu pun bergulir... Dan banyak orang mulai berfikir. Dimanakah hubungan kampanye tentang pahala dan dosa dalam sebuah pilkada? Kini saat secawan anggur direguk yang terpilih di kursi empuk, para pemilih bertanya2 angin surga yang mana yang bisa nyata hembusannya. Ketika harapan jadi kebalikan, barulah terasa semua ada palsu2nya...

👉Anggaran DPRD DKI naik 10 kali: 
zaman Ahok Rp 8,8 milyar menjadi ➡Rp 107,7 milyar. 
👉Reses DPRD:  
Masa Ahok Rp 34,96 miliar sekarang ➡Rp 69,3 miliar. 
👉Pembahasan Pansus dan Lainnya: 
Masa Ahok Rp 2,29 miliar, kini ➡Rp 29,25 miliar.    
👉Pembahasan Banggar : 
Rp 4,23 miliar menjadi ➡Rp 16,2 miliar. 
👉Bamus : 
Masa Ahok Rp 3,64 miliar, menjadi ➡Rp 15,24 miliar. 
👉Pengelolaan website DPRD: 
Zaman Ahok Rp 31 juta , kini ➡Rp 571 juta.

Setelah membaca data ini, kita melihat sesuatu... melambung jauh, terbang tinggi bersama mimpi. Terlelap dalam lautan emosi... (knp Anggun C. Sasmi resmi pindah kewarganegaraan? Mungkin dia illfeel menemukan sendiri apa yang semula cuma dalam nyanyian)😂

Inilah tanda2 bagi orang yang berakal. Org Jkt mesti baca, orang Indonesia harus berkaca. Jangan asal percaya isu normatif politik berjubah agama. Lihat visi misi dan kapasitas yang terukur. Kalau tidak, semua akan rugi sendiri karena hanya dijadikan alat semata, bukan tujuan utama.
😳😴

Nisa Alwis

*Isu Cina vs Pribumi Sudah Sampai ke Masyarakat Bawah*

*Isu Cina vs Pribumi Sudah Sampai ke Masyarakat Bawah*


Dalam sebuah penerbangan, seorang ibu-ibu usia 50an akhir duduk di sebelah saya. Beliau menyapa dan mulai berkenalan. Awalnya tak ada yang aneh. Tanya asal, pekerjaan dan keluarga. Biasa. Sampai akhirnya si Ibu ini mulai bertanya apakah di Madura ada orang cina nya? jelas saya jawab ada, banyak.

"Kalau ada orang cina gitu jangan diterima mas," kata si ibu. Dia melanjutkan bahwa orang cina itu kaya-kaya, sementara pribumi miskin-miskin dan melarat. Di matanya itu terlihat tidak adil.

Saya tentu tidak bisa membenarkan obrolan seperti ini. Apalagi penumpang di depan dan belakang adalah orang-orang cina. Jadi saya jawab bahwa tidak bisa mengusir seperti itu. Orang cina di Madura sudah jadi orang Madura, dari kakek nenek mereka sudah di sana. Mana bisa diusir? Sama seperti kampung arab di semua kabupaten di Madura, tidak bisa kita usir ke arab.

Sebenarnya pengalaman ini adalah pengalaman yang kesekian. Saya tahu betul bahwa isu SARA dalam masyarakat, yang beranggapan cina itu enak dan kaya raya, sementara pribumi miskin-miskin, adalah isu yang benar-benar nyata beredar. Ketakutan terhadap etnis cina sudah terbangun sedemikian rupa.

Di tanah kelahiran saya, isu soal cina menguasai tanah-tanah di Indonesia juga sempat beredar. Hoax jutaan pekerja cina masuk Indonesia juga sudah mendapat pembenaran dari media-media mainstream terpercaya. Bahkan sempat salah seorang tetangga bercerita kalau cina akan menjajah Indonesia. Lengkap dengan tuduhan bahwa Jokowi PKI dan pemerintah yang sekarang adalah pemerintah komunis.

Tapi pertemuan dengan ibu-ibu di dalam pesawat tadi terasa luar biasa karena kami belum pernah bertemu sebelumnya. Sama-sama orang baru. Logika saya, jika si ibu itu berani berpendapat atau 'berdakwah' kepada orang-orang baru, maka bisa dipastikan dia sudah lebih dulu menebar ketakutan tersebut ke semua orang yang dia kenal.

Dari sini saya dapat menyimpulkan bahwa isu SARA, pribumi cina, dengan segala fitnah dan ketakutannya, sudah menyebar di tengah-tengah masyarakat bawah. Media dan beberapa tokoh tertentu memiliki andil dalam menciptakan ketakutan ini.

Isu seperti ini cukup berbahaya jika terus dipelihara atau dikompori. Ketidak sukaan masyarakat terhadap etnis cina bisa berujung fatal, kerusuhan. Mungkin pertanyaan kita selanjutnya adalah, bagaimana cara memperbaiki lingkungan persepsi buruk tentang cina?

Sebenarnya mudah saja. Para politisi, pemuka agama kondang, media-media mainstream, harus kompak menghentikan permainan isu soal cina. Karena pada akhirnya itu tidak berpengaruh terhadap pemerintahan Jokowi. Sementara resiko yang harus kita tanggung bersama sangatlah mahal, perpecahan.

Tapi nampaknya para politisi, ustad kondang dan media-media mereka belum bersedia berhenti bermain isu cina. Karena memang itu adalah cara termudah untuk menjaga anti Jokowi tetap anti cina. Itu adalah cara termudah untuk menyambung-nyambungkan cina dengan penista agama. Sehingga resiko perpecahan tidak diperhitungkan, yang nampak terang di depan mata para politisi tersebut hanya satu, kekuasaan.

Jika sudah begini maka menjadi tugas kita untuk keluar melawan. Kita tidak bisa membiarkan begundal politik terus menanamkan bom waktu kebencian. Kita harus berani bersuara dan menjelaskan.

Saya sadar, itu tidak mudah. Sebagian besar kita lebih nyaman diam dan 'menjaga hubungan baik.' Kita tidak ingin ribut-ribut atau berdebat. Karena menang atau kalah debat, konsekuensinya sama; hubungan jadi renggang. Maka kitapun beranggapan biarlah mereka dengan imajinasinya, sementara kita dengan kewarasan yang sempurna.

Di saat kita diam dan membiarkan, di saat yang sama mereka terus bergerilya menanamkan bom ketakutan terhadap cina. Inilah yang terjadi sekarang. Sehingga jangan heran kalau banyak orang berhasil diprovokasi oleh isu kebangkitan PKI. Bahkan di Jabar sana, sempat ada orang gila dipukuli hanya gara-gara dituduh PKI.

Pertanyaannya sekarang bukan tentang apakah kita mau melawan atau tidak, tapi apakah kita mau membiarkan suasana damai di negara ini hancur hanya karena satu dua orang provokator? Menurut saya tidak. Dibanding kita kehilangan lebih banyak orang hanya karena provokasi, lebih baik kita kehilangan provokator itu sendiri.

Ini bukan sekedar tentang Jokowi, ini tentang Indonesia, negara yang kita tempati saat ini. Apapun alasannya, apapun motivasinya, kita tidak akan pernah menerima provokasi SARA sebagai jalan menuju kekuasaan. Begitulah kura-kura.

Daftar di braderhud dan dapatkan income via handphone Anda scr otomatis

Semangat pagi dan salam sukses

Jadikan No Telphone-mu sbg media iklan melalui RBT Ring Back Tone & mendapatkan penghasilan bulanan

***Gratis Tanpa Syarat***
Silahkan Daftar melalui link berikut

Bagi yg mau menambah income.